Barangsiapa di dunia memperoleh hidayah untuk berjalan di atas jalan yang lurus (shirâth mustaqîm) maka ia akan mendapatkan hidayah kelak di negeri akhirat saat menapaki titian shirâth mustaqîm yang dibentangkan di atas neraka Jahannam.
Maka di hari kiamat nanti, akan dibentangkan sebuah titian di atas neraka jahannam yang lebih tajam dari sebilah pedang dan lebih tipis dari sehelai rambut.
Manusia akan diperintahkan untuk menapaki titian ini dan kondisi mereka berbeda-beda ketika melewati titian ini, tergantung perbedaan amalan dan keistiqomahan mereka saat berada di atas shirâth mustaqîm (jalan/manhaj yang lurus) di kehidupan dunia ini.
Ibnul Qoyyim Rahimahullâhu berkata :“Maka barangsiapa yang diberi petunjuk di negeri (dunia) ini ke jalan yang lurus, yang Allâh mengutus para nabi dan menurunkan kitab-kitab suci-Nya dengannya, maka ia pun akan diberi petunjuk ke shirâth mustaqîm (jalan yang lurus) yang mengantar-kan ke surga dan negeri pembalasan.
Semakin kokoh pijakan seorang hamba di jalan yang lurus (shirâth mustaqîm) yang telah Allâh bentangkan bagi hamba-hamba-Nya di dunia ini, maka sekokoh itu pula pijakannya saat meniti di atas titian (shirâth) yang terbentang di atas Jahannam.
Demikian pula semakin ia berusaha menapaki jalan lurus di dunia, maka seperti itu pula ketika ia meniti di atas titian (shirâth).
Diantara mereka ini ada yang melewatinya secepat kilat, ada yang secepat kedipan mata, ada yang secepat angin, ada yang seperti menaiki kendaraan, ada yang berlari-lari, berjalan bahkan juga merangkak.
Diantara mereka ada yang tertatih-tatih namun berhasil sampai, dan adapula yang terjungkal masuk ke dalam neraka.
Karena itu hendaknya seorang hamba memperhati-kan jalannya di dalam meniti shirâth di akhirat adalah sebagaimana ia menapaki jalan di dunia ini setapak demi setapak sebagai balasan dan ganjaran yang setimpal, sebagaimana firman Allâh ﷻ :
هَلۡ تُجۡزَوۡنَ إِلَّا مَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ
“ _Tidaklah kalian dibalas melainkan setimpal dengan apa yang dulu kalian kerjakan_.” (QS an-Naml : 90).
Hendaknya seseorang memperhatikan syubuhat dan syahawat yang merintangi jalannya di atas jalan yang lurus ini, karena di kedua sisi jalannya tersebut terdapat kalâlîb (semacam besi bengkok berbentuk kait/hook yang digunakan untuk mengaduk bara api, Pent) yang dapat mengait dirinya sehingga ia terhalang dari melintasi jalan tersebut.
Jika semakin banyak dan kuat (rintangan itu di dunia) maka demikian pula di akhirat sana.
Allâh ﷻ berfirman :
وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّٰم لِّلۡعَبِيدِ
“ _Dan tidaklah Rabb-mu itu berbuat zhalim kepada hamba-hamba-Nya_.” (QS Fushshilât : 46).
Orang yang di dunia ini tertahan dengan berbagai syubuhât dan syahawât sehingga berpaling dari jalan yang lurus, maka ia pun akan dikait oleh kalâlîb yang berada di sisi titian pada hari kiamat kelak sebagai-mana syubuhat dan syahawat yang mengaitnya ketika di dunia.
Ibnul Qoyyim juga memiliki ucapan lain yang semakna dengan ini di dalam buku beliau, al-Jawâbul Kâfî (hal. 123).
-----------------------------------
🔍Dicuplik : " *10 PRINSIP MERAIH ISTIQOMAH*" ( Kaidah ke Delapan )
Karya : Prof Dr Abdurrazzaq al-Badr.
[Alihbahasa : Abu Salma Muhammad]
-------------------------------------
✍@abinyasalma
✉Grup WhatsApp *_Al-Wasathiyah Wal I'tidål_*
♻Telegram: https://bit.ly/abusalma
🌐 Blog : alwasathiyah.com
💠Facebook : http://fb.me/abinyasalma81
🔰Youtube : http://bit.ly/abusalmatube
📷 Instagram : http://instagram.com/abinyasalma/
🌀Mixlr : http://mixlr.com/abusalmamuhammad/
•┈┈┈┈•✿❁✿•┈┈┈┈•
📝 : Jazakillahu Khairan katsir, Syukron untuk member grup yang mengizinkan ana untuk membagikan sedikit ilmu ini ke dalam blog , semoga bermanfaat untuk yang lain
Add Comments